Jumat, 06 Februari 2009


To: All Woman and mom in every place
PEREMPUAN YG DICINTAI SUAMIKU

Kehidupan pernikahan kami awalnya baik2 saja menurutku. Meskipun

menjelang pernikahan selalu terjadi konflik, tapi setelah menikah

Mario tampak baik dan lebih menuruti apa mauku.

Kami tidak pernah bertengkar hebat, kalau marah dia cenderung diam dan

pergi kekantornya bekerja sampai subuh, baru pulang kerumah, mandi,

kemudian mengantar anak kami sekolah. Tidurnya sangat sedikit,

makannya pun sedikit. Aku pikir dia workaholic.

Dia menciumku maksimal 2x sehari, pagi menjelang kerja, dan saat dia

pulang kerja, itupun kalau aku masih bangun. Karena waktu pacaran dia

tidak pernah romantis, aku pikir, memang dia tidak romantis, dan tidak

memerlukan hal2 seperti itu sebagai ungkapan sayang.

Kami jarang ngobrol sampai malam, kami jarang pergi nonton berdua,

bahkan makan berdua diluarpun hampir tidak pernah. Kalau kami makan di

meja makan berdua, kami asyik sendiri dengan sendok garpu kami, bukan

obrolan yang terdengar, hanya denting piring yang beradu dengan sendok

garpu.

Kalau hari libur, dia lebih sering hanya tiduran dikamar, atau main

dengan anak2 kami, dia jarang sekali tertawa lepas. Karena dia sangat

pendiam, aku menyangka dia memang tidak suka tertawa lepas.

Aku mengira rumah tangga kami baik2 saja selama 8 tahun pernikahan

kami. Sampai suatu ketika, disuatu hari yang terik, saat itu suamiku

tergolek sakit dirumah sakit, karena jarang makan, dan sering jajan di

kantornya, dibanding makan dirumah, dia kena typhoid, dan harus

dirawat di RS, karena sampai terjadi perforasi di ususnya. Pada saat

dia masih di ICU, seorang perempuan datang menjenguknya. Dia

memperkenalkan diri, bernama meisha, temannya Mario saat dulu kuliah.

Meisha tidak secantik aku, dia begitu sederhana, tapi aku tidak pernah

melihat mata yang begitu cantik seperti yang dia miliki. Matanya

bersinar indah, penuh kehangatan dan penuh cinta, ketika dia

berbicara, seakan2 waktu berhenti berputar dan terpana dengan

kalimat2nya yang ringan dan penuh pesona. Setiap orang, laki2 maupun

perempuan bahkan mungkin serangga yang lewat, akan jatuh cinta begitu

mendengar dia bercerita.

Meisha tidak pernah kenal dekat dengan Mario selama mereka kuliah

dulu, Meisha bercerita Mario sangat pendiam, sehingga jarang punya

teman yang akrab. 5 bulan lalu mereka bertemu, karena ada pekerjaan

kantor mereka yang mempertemukan mereka. Meisha yang bekerja di

advertising akhirnya bertemu dengan Mario yang sedang membuat iklan

untuk perusahaan tempatnya bekerja.

Aku mulai mengingat2 5 bulan lalu ada perubahan yang cukup drastis

pada Mario, setiap mau pergi kerja, dia tersenyum manis padaku, dan

dalam sehari bisa menciumku lebih dari 3x. Dia membelikan aku parfum

baru, dan mulai sering tertawa lepas. Tapi disaat lain, dia sering

termenung didepan komputernya. Atau termenung memegang Hp-nya. Kalau

aku tanya, dia bilang, ada pekerjaan yang membingungkan.

Suatu saat Meisha pernah datang pada saat Mario sakit dan masih

dirawat di RS. Aku sedang memegang sepiring nasi beserta lauknya

dengan wajah kesal, karena Mario tidak juga mau aku suapi. Meisha

masuk kamar, dan menyapa dengan suara riangnya,

" Hai Rima, kenapa dengan anak sulungmu yang nomor satu ini ? tidak

mau makan juga? uhh. dasar anak nakal, sini piringnya, " lalu dia

terus mengajak Mario bercerita sambil menyuapi Mario, tiba2 saja

sepiring nasi itu sudah habis ditangannya. Dan..aku tidak pernah

melihat tatapan penuh cinta yang terpancar dari mata suamiku, seperti

siang itu, tidak pernah seumur hidupku yang aku lalui bersamanya,

tidak pernah sedetikpun !

Hatiku terasa sakit, lebih sakit dari ketika dia membalikkan tubuhnya

membelakangi aku saat aku memeluknya dan berharap dia mencumbuku.

Lebih sakit dari rasa sakit setelah operasi caesar ketika aku

melahirkan anaknya. Lebih sakit dari rasa sakit, ketika dia tidak mau

memakan masakan yang aku buat dengan susah payah. Lebih sakit daripada

sakit ketika dia tidak pulang kerumah saat ulang tahun perkawinan kami

kemarin. Lebih sakit dari rasa sakit ketika dia lebih suka mencumbu

komputernya dibanding aku.

Tapi aku tidak pernah bisa marah setiap melihat perempuan itu. Meisha

begitu manis, dia bisa hadir tiba2, membawakan donat buat anak2, dan

membawakan ekrol kesukaanku. Dia mengajakku jalan2, kadang mengajakku

nonton. kali lain, dia datang bersama suami dan ke-2 anaknya yang

lucu2.

Aku tidak pernah bertanya, apakah suamiku mencintai perempuan berhati

bidadari itu? karena tanpa bertanya pun aku sudah tahu, apa yang

bergejolak dihatinya.

Suatu sore, mendung begitu menyelimuti jakarta, aku tidak pernah

menyangka, hatikupun akan mendung, bahkan gerimis kemudian.

Anak sulungku, seorang anak perempuan cantik berusia 7 tahun,

rambutnya keriting ikal dan cerdasnya sama seperti ayahnya. Dia

berhasil membuka password email Papa nya, dan memanggilku, " Mama, mau

lihat surat papa buat tante Meisha ?"

Aku tertegun memandangnya, dan membaca surat elektronik itu,

Dear Meisha,

Kehadiranmu bagai beribu bintang gemerlap yang mengisi seluruh relung

hatiku, aku tidak pernah merasakan jatuh cinta seperti ini, bahkan

pada Rima. Aku mencintai Rima karena kondisi yang mengharuskan aku

mencintainya, karena dia ibu dari anak2ku.

Ketika aku menikahinya, aku tetap tidak tahu apakah aku sungguh2

mencintainya. Tidak ada perasaan bergetar seperti ketika aku

memandangmu, tidak ada perasaan rindu yang tidak pernah padam ketika

aku tidak menjumpainya. Aku hanya tidak ingin menyakiti perasaannya.

Ketika konflik2 terjadi saat kami pacaran dulu, aku sebenarnya kecewa,

tapi aku tidak sanggup mengatakan padanya bahwa dia bukanlah perempuan

yang aku cari untuk mengisi kekosongan hatiku. Hatiku tetap terasa

hampa, meskipun aku menikahinya.

Aku tidak tahu, bagaimana caranya menumbuhkan cinta untuknya, seperti

ketika cinta untukmu tumbuh secara alami, seperti pohon2 beringin yang

tumbuh kokoh tanpa pernah mendapat siraman dari pemiliknya. Seperti

pepohonan di hutan2 belantara yang tidak pernah minta disirami, namun

tumbuh dengan lebat secara alami. Itu yang aku rasakan.

Aku tidak akan pernah bisa memilikimu, karena kau sudah menjadi milik

orang lain dan aku adalah laki2 yang sangat memegang komitmen

pernikahan kami. Meskipun hatiku terasa hampa, itu tidaklah mengapa,

asal aku bisa melihat Rima bahagia dan tertawa, dia bisa mendapatkan

segala yang dia inginkan selama aku mampu. Dia boleh mendapatkan

seluruh hartaku dan tubuhku, tapi tidak jiwaku dan cintaku, yang hanya

aku berikan untukmu. Meskipun ada tembok yang menghalangi kita, aku

hanya berharap bahwa engkau mengerti, you are the only one in my

heart.

yours,

Mario

Mataku terasa panas. Jelita, anak sulungku memelukku erat. Meskipun

baru berusia 7 tahun, dia adalah malaikat jelitaku yang sangat

mengerti dan menyayangiku.

Suamiku tidak pernah mencintaiku. Dia tidak pernah bahagia bersamaku.

Dia mencintai perempuan lain.

Aku mengumpulkan kekuatanku. Sejak itu, aku menulis surat hampir

setiap hari untuk suamiku. Surat itu aku simpan diamplop, dan aku

letakkan di lemari bajuku, tidak pernah aku berikan untuknya.

Mobil yang dia berikan untukku aku kembalikan padanya. Aku

mengumpulkan tabunganku yang kusimpan dari sisa2 uang belanja, lalu

aku belikan motor untuk mengantar dan menjemput anak2ku. Mario merasa

heran, karena aku tidak pernah lagi bermanja dan minta dibelikan

bermacam2 merek tas dan baju. Aku terpuruk dalam kehancuranku. Aku

dulu memintanya menikahiku karena aku malu terlalu lama pacaran,

sedangkan teman2ku sudah menikah semua. Ternyata dia memang tidak

pernah menginginkan aku menjadi istrinya.

Betapa tidak berharganya aku. Tidakkah dia tahu, bahwa aku juga

seorang perempuan yang berhak mendapatkan kasih sayang dari suaminya ?

Kenapa dia tidak mengatakan saja, bahwa dia tidak mencintai aku dan

tidak menginginkan aku ? itu lebih aku hargai daripada dia cuma diam

dan mengangguk dan melamarku lalu menikahiku. Betapa malangnya

nasibku.

Mario terus menerus sakit2an, dan aku tetap merawatnya dengan setia.

Biarlah dia mencintai perempuan itu terus didalam hatinya. Dengan

pura2 tidak tahu, aku sudah membuatnya bahagia dengan mencintai

perempuan itu. Kebahagiaan Mario adalah kebahagiaanku juga, karena aku

akan selalu mencintainya.

**********

Setahun kemudian.

Meisha membuka amplop surat2 itu dengan air mata berlinang. Tanah

pemakaman itu masih basah merah dan masih dipenuhi bunga.

" Mario, suamiku..

Aku tidak pernah menyangka pertemuan kita saat aku pertama kali

bekerja dikantormu, akan membawaku pada cinta sejatiku. Aku begitu

terpesona padamu yang pendiam dan tampak dingin. Betapa senangnya aku

ketika aku tidak bertepuk sebelah tangan. Aku mencintaimu, dan begitu

posesif ingin memilikimu seutuhnya. Aku sering marah, ketika kamu

asyik bekerja, dan tidak memperdulikan aku. Aku merasa diatas angin,

ketika kamu hanya diam dan menuruti keinginanku. Aku pikir, aku si

puteri cantik yang diinginkan banyak pria, telah memenuhi ruang hatimu

dan kamu terlalu mencintaiku sehingga mau melakukan apa saja

untukku...

Ternyata aku keliru.. aku menyadarinya tepat sehari setelah pernikahan

kita. Ketika aku membanting hadiah jam tangan dari seorang teman

kantor dulu yang aku tahu sebenarnya menyukai Mario.

Aku melihat matamu begitu terluka, ketika berkata, " kenapa, Rima ?

Kenapa kamu mesti cemburu ? dia sudah menikah, dan aku sudah memilihmu

menjadi istriku ?"

Aku tidak perduli,dan berlalu dari hadapanmu dengan sombongnya.

Sekarang aku menyesal, memintamu melamarku. Engkau tidak pernah

bahagia bersamaku. Aku adalah hal terburuk dalam kehidupan cintamu.

Aku bukanlah wanita yang sempurna yang engkau inginkan.

Istrimu,

Rima"

Di surat yang lain,

"...Kehadiran perempuan itu membuatmu berubah, engkau tidak lagi

sedingin es. Engkau mulai terasa hangat, namun tetap saja aku tidak

pernah melihat cahaya cinta dari matamu untukku, seperti aku melihat

cahaya yang penuh cinta itu berpendar dari kedua bola matamu saat

memandang Meisha.."

Disurat yang kesekian,

"...Aku bersumpah, akan membuatmu jatuh cinta padaku.

Aku telah berubah, Mario. Engkau lihat kan, aku tidak lagi marah2

padamu, aku tidak lagi suka membanting2 barang dan berteriak jika

emosi. Aku belajar masak, dan selalu kubuatkan masakan yang engkau

sukai. Aku tidak lagi boros, dan selalau menabung. Aku tidak lagi suka

bertengkar dengan ibumu. Aku selalu tersenyum menyambutmu pulang

kerumah. Dan aku selalu meneleponmu, untuk menanyakan sudahkah kekasih

hatiku makan siang ini? Aku merawatmu jika engkau sakit, aku tidak

kesal saat engkau tidak mau aku suapi, aku menungguimu sampai tertidur

disamping tempat tidurmu, dirumah sakit saat engkau dirawat, karena

penyakit pencernaanmu yang selalu bermasalah.. .

Meskipun belum terbit juga, sinar cinta itu dari matamu, aku akan

tetap berusaha dan menantinya.. .."

Meisha menghapus air mata yang terus mengalir dari kedua mata

indahnya. dipeluknya Jelita yang tersedu-sedu disampingnya.

Disurat terakhir, pagi ini.

"......Hari ini adalah hari ulang tahun pernikahan kami yang ke-9.

Tahun lalu engkau tidak pulang kerumah, tapi tahun ini aku akan

memaksamu pulang, karena hari ini aku akan masak, masakan yang paling

enak sedunia. Kemarin aku belajar membuatnya dirumah Bude Tati, sampai

kehujanan dan basah kuyup, karena waktu pulang hujannya deras sekali,

dan aku hanya mengendarai motor.

Saat aku tiba dirumah kemarin malam, aku melihat sinar kekhawatiran

dimatamu. Engkau memelukku, dan menyuruhku segera ganti baju supaya

tidak sakit.

Tahukah engkau suamiku,

Selama hampir 15 tahun aku mengenalmu, 6 tahun kita pacaran, dan

hampir 9 tahun kita menikah, baru kali ini aku melihat sinar

kekhawatiran itu dari matamu, inikah tanda2 cinta mulai bersemi

dihatimu ?..."

Jelita menatap Meisha, dan bercerita,

" Siang itu Mama menjemputku dengan motornya, dari jauh aku melihat

keceriaan diwajah mama, dia terus melambai-lambaikan tangannya

kepadaku. Aku tidak pernah melihat wajah yang sangat bersinar dari

mama seperti siang itu, dia begitu cantik. Meskipun dulu sering marah2

kepadaku, tapi aku selalu menyayanginya. Mama memarkir motornya

diseberang jalan, Ketika mama menyeberang jalan, tiba2 mobil itu lewat

dari tikungan dengan kecepatan tinggi.. aku tidak sanggup melihatnya

terlontar, Tante... aku melihatnya masih memandangku sebelum dia tidak

lagi bergerak.." Jelita memeluk Meisha dan terisak-isak. Bocah cantik

ini masih terlalu kecil untuk merasakan sakit di hatinya, tapi dia

sangat dewasa.

Meisha mengeluarkan selembar kertas yang dia print tadi pagi. Mario

mengirimkan email lagi kemarin malam, dan tadinya aku ingin Rima

membacanya.

Dear Meisha,

Selama setahun ini aku mulai merasakan Rima berbeda, dia tidak lagi

marah2 dan selalu berusaha menyenangkan hatiku. Dan tadi, dia pulang

dengan tubuh basah kuyup karena kehujanan, aku sangat khawatir dan

memeluknya. Tiba2 aku baru menyadari betapa beruntungnya aku memiliki

dia. Hatiku mulai bergetar.. Inikah tanda2 aku mulai mencintainya ?

Aku terus berusaha mencintainya seperti yang engkau sarankan, Meisha.

Dan besok aku akan memberikan surprise untuknya, aku akan membelikan

mobil mungil untuknya, supaya dia tidak lagi naik motor kemana-mana.

Bukan karena dia ibu dari anak2ku, tapi karena dia belahan jiwaku..

Meisha menatap Mario yang tampak semakin ringkih, yang masih terduduk

disamping nisan Rima. Diwajahnya tampak duka yang dalam. Semuanya

telah terjadi, Mario. Kadang kita baru menyadari mencintai seseorang,

ketika seseorang itu telah pergi meninggalkan kita.


Tidak ada komentar: